Pembangunan hotel ini dimulai pada tahun 1856, bersamaan dengan direnovasinya Istana Bogor oleh Gubernur Jenderal Belanda kala itu, Albertus Javob Duijmayer van Twist. Twist merenovasi bangunan istana lama yang rusak parah oleh gempa dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Adalah keluarga Twist yang memiliki dan mengelola hotel yang dinamakannya Binnenhof Hotel atau Dibbets Hotel ini. Hotel ini sendiri bisa dibilang sebagai hotel bintang empat pada masanya, terlebih lokasinya yang dekat dengan komplek Istana sehingga bisa menjadi tempat peristirahatan bagi para tamu sang Gubernur. Selain itu, hotel ini pun kerap menjadi lokasi pertemuan bisnis dan rapat-rapat yang membahas administrasi pemerintahan.
Pada tahun 1913, hotel ini mengalami masa-masa suramny, sampai-sampai namanya kembali berganti menjadi NV American Hotel. Sayangnya beberapa tahun kemudian hotel ini sempat mengalami kebangkrutan, sehingga pada tahun 1922 hotel ini dilikuidasi oleh E.A Dibbets sang manajer yang juga pemilik saham terbesar dari NV American Hotel ini. Sang manajer akhirnya mengganti nama hotel tersebut kembali ke asal yaitu Dibbets Hotel.
Pada tahun 1932, hotel ini kemudian berganti pemilik. Kemungkinan besar pemilik baru hotel ini juga memiliki atau mengelola Hotel Bellevue yang lokasinya berada tidak jauh dari Hotel Dibbets. Oleh pemilik barunya itu, hotel ini kembali berganti nama menjadi Bellevue-Dibbets Hotel.
Setelah Belanda harus bertekuklutut pada pemerintah Jepang dan mengaku kalah, hotel ini dikuasai oleh pihak Jepang yang kemudian menjadikannya sebagai Markas Militer Jepang atau Kempetai. Pada masa itu, semua bangunan yang dikuasai oleh Jepang harus dicat dengan warna hitam untuk mengelabui pihak musuh yang sewaktu-waktu bisa menyerang dari udara. Tak terkecuali bangunan hotel ini dan juga Istana Bogor (baca Fakta kelam Istana Bogor di tahun 1945 ).
Setelah Jepang menyerah kalah, pada tahun 1948 hotel ini diserahkan pada Pemerintah Indonesia, baru pada tahun 1950 hotel ini mengalami renovasi dan memiliki nama baru yaitu Hotel Salak. Pada tahun 1989, Hotel Salak pernah menjadi tempat syuting untuk film Warkop DKI (Dono Kasino Indro) yang berjudul 'Sabar Dulu Dong".
Cuplikan film Sabar Dulu Dong yang mengambil lokasi di Hotel Salak
Hotel ini pun kemudian berganti nama lagi pada bulan September 1998 dengan nama baru Hotel Salak The Heritage yang masih digunakan hingga saat ini. Jadi dalam perkembangannya, hotel ini telah mengalami pergantian nama sebanyak enam kali.
Hotel Salak pada masa perang kemerdekaan ( Foto: Istimewa ) |
Di jadikan Markas Sekutu sekitar tahun 1945 - 1948 |
Semoga bermanfaat
0 Response to "Kisah Hotel Salak yang berganti nama hingga enam kali "
Post a Comment