Fakta kelam Istana Bogor di tahun 1945

Dengan kondisi yang compang camping dengan cat hitam yang mulai terkelupas, Istana Bogor direbut oleh sekitar 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam BKR atau Barisan Keamanan Rakyat. Peristiwa tersebut terjadi tepat setelah Jepang menyerah kalah pada Sekutu di tahun 1945.  

Fakta kelam Istana Bogor


Kondisi Istana Bogor waktu itu bagai sebuah rumah tua yang sangat kelam, bagaimana tidak, setelah pihak Jepang mengambil alih istana dari Gubernur Jenderal Tjarda Van Starkenborgh-Stachower mereka langsung menjadikan istana sebagai markas tentara yang dipimpin oleh Jenderal Imamura. Ruang bawah tanah istana bahkan dijadikan sebagai sel-sel tahanan bagi orang-orang Eropa dan Belanda yang ditangkap mereka, selain itu seluruh dinding luar Istana pun dicat dengan warna hitam agar tersamar dari serangan udara.


Kolam-kolam indah yang dibangun oleh Raffles untuk menghias halaman Istana dikeringkan airnya agar tidak memantulkan cahaya yang bisa terlihat dari udara, kolam kering itu kemudian ditanam dengan semak-semak. Jepang memang sengaja membuat istana yang megah menjadi seperti rumah tua hanya agar lokasinya tidak terdeteksi oleh pihak musuh.  Rumput-rumput di halaman istana dibiarkan tumbuh liar dan meninggi, tak hanya itu, rusa-rusa yang dulu jumlahnya ratusan jadi hampir punah setelah dijadikan makanan oleh para serdadu Jepang.
 

Berbagai benda-benda seni bernilai tinggi yang ada di dalam Istana Buitenzorg pun mereka angkut dan bawa ke negeri mereka. Beberapa keris, tombak-tombak pusaka yang penuh sejarah yang berasal dari masa Pajajaran maupun kerajaan sunda lainnya serta hasil upeti dari para raja dan sultan yang diberikan pada Gubernur Jenderal Hindia Belanda  pun lenyap  dicuri oleh mereka ke negaranya. Semua yang berbau logam yang terdapat di sekitar istana seperti tiang-tiang lampu yang indah dari Eropa, pagar besi dan elemen artistik istana semua dicabuti untuk kemudian dilebut menjadi alat-alat persenjataan. 

Dalam kondisi seperti itulah para pemuda BKR kembali menduduki Istana Bogor setelah berabad-abad lamanya dikuasai oleh penjajah. Namun sayang, para pemuda itu harus tersingkir dari istana setelah kedatangan tentara Sekutu yang lantas menjadikan komplek istana menjadi markas mereka.  Pendudukan Sekutu tersebut ternyata menjadi batu lompatan bagi Belanda untuk kembali membangkitkan Hindia-Belanda setelah sebelumnya mereka mengungsi ke Australia. 


Upacara pengalihan Istana Bogor oleh BKR dan Sekutu

Penyerahan Istana Bogor secara resmi dilakukan oleh pemerintah Belanda pada akhir tahun 1949, saat itu mereka baru mengakui kedaulatan Republik Indonesia meskipun Indonesia telah merdeka 4 tahun sebelumnya yaitu pada bulan Agustus 1945. Kembali barang-barang seni yang bernilai tinggi diangkut oleh mereka untuk dibawa pulang ke negaranya, yang disisakan hanyalah lma buah cermin berukuran besar yang hingga kini masih tergantung di dalam ruangan istana. 


Pekerja mengangkut benda-benda seni dari Istana Bogor untuk dibawa ke Belanda

Meski Istana Bogor telah menjadi milik Pemerintah RI, namun bangunan ini tidak segera mendapat perhatian lantaran pada masa itu, ketika Indonesia masih seumur jagung, para pemimpin masih terfokus pada urusan penyelenggaraan negara. 


Pada tahun 1952, barulah Presiden Republik Indonesia saat itu Soekarno secara bertahap mulai melakukan pemugaran istana. Bagian yang pertama dipugar adalah bagian depan bangunan induk dengan menambah sebuah beranda (portico) yang ditopang oleh enam tiang besi berlaras lonia. 



Beranda ini menyambung hingga bagian serambi depan dengan sepuluh saka bergaya sama. Beranda tersebut berfungsi selain menambah kenggunan istana juga bisa melindungi para tamu negara dari hujan yang sering turun di Bogor. Bahkan mobil-mobil tamu pun bisa masuk dan menurunkan penumpangnya di area beranda ini. 


Dalam pemugaran Istana Bogor, Bung Karno tetap mempertahankan gaya arsitektur Palladio. Sebuah jembatan kayu yang tadinya menghubungkan bangunan induk dengan kedua sayapnya diganti oleh Bung Karno menjadi koridor.
Menjelang pertemuan politik pemimpin lima negara yang merupakan lanjutan dari pertemuan di Colombo tahun 1954, pemugaran Istana Bogor dipercepat waktunya. Saat itu, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengundang perdana menteri empat negara yaitu India, Burma, Sri Lanka dan Pakistan untuk melanjutkan pembicaraan yang belum mencapai kata sepakat di Colombo.  


Pada tahun yang sama (1954) dibangun lima buah pavilion di halaman Istana yang luas, lima pavilion tersebut adalah Amarta, Madukara, Pringgodani, Dwarawatim dan Jodipoti yang kemudian dikenal dengan Paviliun 1,2,3,4 dan 5. Lokasi paviliun tersebut terletak agak berjauhan dari bangunan utama Istana.


Pada masa kepemimpinannya, Bung Karno sering menginap di Paviliun 2 atau Paviliun Amarta jika sedang berada di Istana Bogor.  Bung Karno juga yang menanam pohon beringin di halaman Istana Bogor untuk menandai kelahiran tiga putranya, yaitu Guruh , Taufan dan Bayu. 


Kini Istana Bogor menjadi ikon Kota Bogor. Kemegahan dan nilai historisnya membuat Bogor semakin dikenal di mancanegara. 

Semoga bermanfaat

0 Response to "Fakta kelam Istana Bogor di tahun 1945"

Post a Comment